Kuburan, Drama, dan MBU
Kenal lebih dekat nominator Indonesian Nasheed Awards dari ANN Jateng (part one)
“Hasil bukanlah masalah bisa atau tidak. Tetapi hasil merupakan masalah mau atau tidak.”
“Lagu Mama, Bunda, Ummi apapun Namanya – The CS tidak hanya disukai oleh nasyid lovers, tetapi juga disukai non-muslim. Mereka bahkan tergerak untuk menyanyikan lagu itu di hadapan ibu mereka” (Fakta Unik lagu The CS)
Tepat 12 Maret nanti, genap 7 tahun usia The CS. Tim nasyid yang sekarang dikenal baik oleh nasyid lovers karena dua tahun berturut-turut menerima penghargaan lagu terbaik. Lagu Mama, Bunda, Ummi Apapun Namanya (M.B.U), yang dibawakan mereka menjadi booming. Bahkan sampai sekarang.
Namun, tim rendah hati ini menebar inspirasi pada lembar sejarahnya. Selayak jamu, yang pahit pada awalnya, namun menyehatkan raga. Begitulah The CS. Tim ini terbentuk hanya dari kumpulan kepala yang tidak mengerti musik. Hanya bermodal kemauan. Itu saja.
Hari-hari mereka diwarnai dengan berlatih. Sepenuhnya meniru kaset yang diputar tape recorder butut. Tiada pelatih, tiada pemecahan suara, semuanya unisound dengan suara alakadarnya bercampur fals. Namun, Allah selalu punya cara agar mereka turut mencicipi nikmatnya mensyiar. Para personil the CS dikaruniai kemampuan berakting. Alhasil mereka malah sering diminta tampil dalam pagelaran drama/teater. Tampil dari satu drama ke drama yang lain.
Sayangnya, tidak semua sepakat dengan nasyid. Saat berlatih disebuah kos-kosan, mereka diusir oleh penghuni kos tersebut. Berpindah-pindah mereka berlatih, mulai dari gedung kampus, perbukitan, hingga mushola.
Bergulirnya waktu, semakin menambah jam terbang syiar mereka.Dan satu persatu personil lama purna tugas, berganti dengan napas dari personil baru. Mereka yang baru lebih bagus, tapi masih tidak standar bernyanyi.
Walaupun demikian mereka tetap semangat. Tampil di suatu acara dengan dua microphone, sementara mereka berenam, bukanlah suatu masalah besar. Paling mereka hanya membawa sedikit malu, itupun cepat-cepat mereka ganti dengan menikmati kue pemberian panitia. Bercampur gelak tawa keakraban.
The CS terus menjadi bagian syiar. Dari kampus ke kampus, panti asuhan, sampai pengajian. Sampai saat mereka berusia hampir tiga tahun, Allah menuntun mereka mendapat pelatih. Bahkan sang pelatih sempat menawari The CS rekaman sederhana. Waspadalah, judulnya. Lagu itu tidak pernah selesai (walau akhirnya direkam ulang). Alasannya, setelah sekian lama bersama, pelatih mereka menghindar.
The CS kehilangan pelatih. Namun, mereka tegar. Mereka sadar akan putus asa Sang Pelatih, yang menilai The CS sebaiknya mundur dari dunia nasyid. The CS pun berlatih di teras sebuah gedung kampus. Kadang diiringi derai hujan, yang membuat teras basah. Kadang mereka harus menunggu sekian lama, karena teras dipake latihan kegiatan komunitas lain. Tak jauh dari gedung itu, terdapat sebuah bukit mini yang merupakan areal kuburan.
Masa-masa itu sempat membuat genting The CS. Iie, personil baru kala itu sempat terguncang. Juara solois religi nasional ini sempat beberapa kali menyiratkan ingin mundur. Namun, niatnya lumer karena kebersamaan dan syiar. Semua bertahan.
Tak cukup itu, sebuah pukulan telak terlesat. Mereka ditawari untuk berubah menjadi tim drama/teater saja, bubar sebagai tim nasyid. Sekalipun sangat menyukai tampil drama, tekad telah terlanjur terpatri. Mereka akan menghias dunia dengan syiar nasyid. Terus mereka menggairahkan acara-acara Islami lewat sentuhan nasyid.
Allah selalu punya cara menguji hamba-Nya, sesuai kemampuan mereka. Selalu ia selipkan hadiah bagi usaha hamba-Nya. The CS mengubah semua prediksi manusia. Di sebuah event Jawa Tengah, mereka menjadi yang terbaik, unggul dari yang digadang-gadang akan menang.
Lagu Mama, Bunda, Ummi Apapun Namanya pun tercipta. Diawali dari kenekatan (lebih tepatnya kemauan) berangkat rekaman ke Jogja dengan keuangan alakadarnya. Menghabiskan lembar-lembar ribuan yang mereka kumpulkan sekian lama. Menginap di rumah rekanan, rekaman, kemudian langsung pulang demi pengiritan uang. Tanpa diiringi pelatih, hanya Hans Syahdu (salah satu tim ANN Jateng) yang kasihan dan akhirnya mengaransemen vocal mereka (Bahkan, karena saat itu ada personil yang tidak bisa menyanyi, suara Hans sampai terselip dalam lagu itu).
Tak dinyana, lagu itu malah menjadi salah satu titik balik The CS. Mereka semakin dicintai oleh nasyid lovers.
Kini, tiga dari enam pelantun MBU itu sudah purna tugas, berganti dengan tiga orang yang baru dari generasi kelima. Namun, karyanya masih terus menjadi inspirasi, bahkan bagi Non-muslim. The CS pun kini dianggap banyak pelatih adalah salah satu tim nasyid acapella Indonesia yang bermaterikan personil yang berkualitas sangat baik.
Semuanya berawal dari nol dan fals, namun kebesaran hati para personilnya untuk mencarikan personil berkualitas menjadikannya berhasil. Karena banyak yang dulu menjadi personil, The CS malah mempunyai keluarga besar yang sampai sekarang masih sangat solid (Ada sekitar duapuluhan orang yang pernah menjadi The CS), termasuk para nasyid lovers yang berharap The CS menjadi duta Indonesia bagi syiar dunia. Amin.
The CS personil (BIG FAMILY)
Didas (Jateng); Saut (Riau); Leon (Jakarta); Candra (Jateng); Trian (Lampung); Satya (Jateng); Bams (Bengkulu); Azmi (Jateng); Novan (Sumsel); Iie (Jateng); Redi (Jabar); Moko (Jateng); Firman (Sumsel); Dion (Jateng); Yoga (Jakarta); Beni (Jateng); Rifqi (Lampung); Awick (Jateng); Tomi (Banten); Mahmud (Jateng); Bakti (Jabar);
Special family: Raka, Aris, Alief, Hans, Akief, Dedis, Dudu,Mas Era, adik-adik Faza, all of ANN Jateng, all of nasheed lovers
Source : ANN Jateng Facebook
Read more
Kenal lebih dekat nominator Indonesian Nasheed Awards dari ANN Jateng (part one)
“Hasil bukanlah masalah bisa atau tidak. Tetapi hasil merupakan masalah mau atau tidak.”
“Lagu Mama, Bunda, Ummi apapun Namanya – The CS tidak hanya disukai oleh nasyid lovers, tetapi juga disukai non-muslim. Mereka bahkan tergerak untuk menyanyikan lagu itu di hadapan ibu mereka” (Fakta Unik lagu The CS)
Tepat 12 Maret nanti, genap 7 tahun usia The CS. Tim nasyid yang sekarang dikenal baik oleh nasyid lovers karena dua tahun berturut-turut menerima penghargaan lagu terbaik. Lagu Mama, Bunda, Ummi Apapun Namanya (M.B.U), yang dibawakan mereka menjadi booming. Bahkan sampai sekarang.
Namun, tim rendah hati ini menebar inspirasi pada lembar sejarahnya. Selayak jamu, yang pahit pada awalnya, namun menyehatkan raga. Begitulah The CS. Tim ini terbentuk hanya dari kumpulan kepala yang tidak mengerti musik. Hanya bermodal kemauan. Itu saja.
Hari-hari mereka diwarnai dengan berlatih. Sepenuhnya meniru kaset yang diputar tape recorder butut. Tiada pelatih, tiada pemecahan suara, semuanya unisound dengan suara alakadarnya bercampur fals. Namun, Allah selalu punya cara agar mereka turut mencicipi nikmatnya mensyiar. Para personil the CS dikaruniai kemampuan berakting. Alhasil mereka malah sering diminta tampil dalam pagelaran drama/teater. Tampil dari satu drama ke drama yang lain.
Sayangnya, tidak semua sepakat dengan nasyid. Saat berlatih disebuah kos-kosan, mereka diusir oleh penghuni kos tersebut. Berpindah-pindah mereka berlatih, mulai dari gedung kampus, perbukitan, hingga mushola.
Bergulirnya waktu, semakin menambah jam terbang syiar mereka.Dan satu persatu personil lama purna tugas, berganti dengan napas dari personil baru. Mereka yang baru lebih bagus, tapi masih tidak standar bernyanyi.
Walaupun demikian mereka tetap semangat. Tampil di suatu acara dengan dua microphone, sementara mereka berenam, bukanlah suatu masalah besar. Paling mereka hanya membawa sedikit malu, itupun cepat-cepat mereka ganti dengan menikmati kue pemberian panitia. Bercampur gelak tawa keakraban.
The CS terus menjadi bagian syiar. Dari kampus ke kampus, panti asuhan, sampai pengajian. Sampai saat mereka berusia hampir tiga tahun, Allah menuntun mereka mendapat pelatih. Bahkan sang pelatih sempat menawari The CS rekaman sederhana. Waspadalah, judulnya. Lagu itu tidak pernah selesai (walau akhirnya direkam ulang). Alasannya, setelah sekian lama bersama, pelatih mereka menghindar.
The CS kehilangan pelatih. Namun, mereka tegar. Mereka sadar akan putus asa Sang Pelatih, yang menilai The CS sebaiknya mundur dari dunia nasyid. The CS pun berlatih di teras sebuah gedung kampus. Kadang diiringi derai hujan, yang membuat teras basah. Kadang mereka harus menunggu sekian lama, karena teras dipake latihan kegiatan komunitas lain. Tak jauh dari gedung itu, terdapat sebuah bukit mini yang merupakan areal kuburan.
Masa-masa itu sempat membuat genting The CS. Iie, personil baru kala itu sempat terguncang. Juara solois religi nasional ini sempat beberapa kali menyiratkan ingin mundur. Namun, niatnya lumer karena kebersamaan dan syiar. Semua bertahan.
Tak cukup itu, sebuah pukulan telak terlesat. Mereka ditawari untuk berubah menjadi tim drama/teater saja, bubar sebagai tim nasyid. Sekalipun sangat menyukai tampil drama, tekad telah terlanjur terpatri. Mereka akan menghias dunia dengan syiar nasyid. Terus mereka menggairahkan acara-acara Islami lewat sentuhan nasyid.
Allah selalu punya cara menguji hamba-Nya, sesuai kemampuan mereka. Selalu ia selipkan hadiah bagi usaha hamba-Nya. The CS mengubah semua prediksi manusia. Di sebuah event Jawa Tengah, mereka menjadi yang terbaik, unggul dari yang digadang-gadang akan menang.
Lagu Mama, Bunda, Ummi Apapun Namanya pun tercipta. Diawali dari kenekatan (lebih tepatnya kemauan) berangkat rekaman ke Jogja dengan keuangan alakadarnya. Menghabiskan lembar-lembar ribuan yang mereka kumpulkan sekian lama. Menginap di rumah rekanan, rekaman, kemudian langsung pulang demi pengiritan uang. Tanpa diiringi pelatih, hanya Hans Syahdu (salah satu tim ANN Jateng) yang kasihan dan akhirnya mengaransemen vocal mereka (Bahkan, karena saat itu ada personil yang tidak bisa menyanyi, suara Hans sampai terselip dalam lagu itu).
Tak dinyana, lagu itu malah menjadi salah satu titik balik The CS. Mereka semakin dicintai oleh nasyid lovers.
Kini, tiga dari enam pelantun MBU itu sudah purna tugas, berganti dengan tiga orang yang baru dari generasi kelima. Namun, karyanya masih terus menjadi inspirasi, bahkan bagi Non-muslim. The CS pun kini dianggap banyak pelatih adalah salah satu tim nasyid acapella Indonesia yang bermaterikan personil yang berkualitas sangat baik.
Semuanya berawal dari nol dan fals, namun kebesaran hati para personilnya untuk mencarikan personil berkualitas menjadikannya berhasil. Karena banyak yang dulu menjadi personil, The CS malah mempunyai keluarga besar yang sampai sekarang masih sangat solid (Ada sekitar duapuluhan orang yang pernah menjadi The CS), termasuk para nasyid lovers yang berharap The CS menjadi duta Indonesia bagi syiar dunia. Amin.
The CS personil (BIG FAMILY)
Didas (Jateng); Saut (Riau); Leon (Jakarta); Candra (Jateng); Trian (Lampung); Satya (Jateng); Bams (Bengkulu); Azmi (Jateng); Novan (Sumsel); Iie (Jateng); Redi (Jabar); Moko (Jateng); Firman (Sumsel); Dion (Jateng); Yoga (Jakarta); Beni (Jateng); Rifqi (Lampung); Awick (Jateng); Tomi (Banten); Mahmud (Jateng); Bakti (Jabar);
Special family: Raka, Aris, Alief, Hans, Akief, Dedis, Dudu,Mas Era, adik-adik Faza, all of ANN Jateng, all of nasheed lovers
Source : ANN Jateng Facebook